Kamis, 10 Mei 2012

Menghitung Beban Struktur Jembatan

BEBAN YANG DIHITUNG DALAM MERENCANAKAN JEMBATAN

Secara umum beban – beban yang dihitung dalam merencanakan jembatan dibagi atas dua yaitu beban primer dan beban sekunder. Beban primer adalah beban utama dalam perhitungan tegangan untuk setipa perencanaan jembatan, sedangkan beban sekunder adalah beban sementara yang mengakibatkan tegangan – tegangan yang relatif kecil daripada tegangan akibat beban primer dan biasanya tergantung dari bentang,bahan,sistem kontruksi,tipe jembatan dan keadaan setempat.
Beban primer jembatan mencakup beban mati,beban hidup dan beban kejut.
1. Beban Mati
Beban mati adalah semua muatan yang berasal dari berat sendiri jembatan atau bagian jembatan yang ditinjau, termasuk segala unsur tambahan tetap yang dianggap merupakan satu satuan dengan jembatan (Sumantri, 1989:63). Dalam menentukan besarnya muatan mati harus dipergunakan nilai berat volume untuk bahan-bahan bangunan.
contoh beban mati pada jembatan: berat beton, berat aspal, berat baja, berat pasangan bata, berat plesteran dll.
2. Beban Hidup
Yang termasuk dengan beban hidup adalah beban yang berasal dari berat kendaraan-kendaraan bergerak lalu lintas dan/atau pejalan kaki yang dianggap bekerja pada jembatan. Berdasarkan PPPJJR-1987, halaman 5-7, beban hidup yang ditinjau terdiri dari :
a. Beban “T”(Beban lantai kendaraan)
Beban “T” merupakan beban kendaraan truk yang mempunyai beban roda ganda (Dual Wheel Load) sebesar 10 ton, yang bekerja pada seluruh lebar bagian jembatan yang dingunakan untuk lalu lintas kendaraan.
b. Beban “D”(Jalur lalu lintas )
Beban “D” adalah susunan beban pada setiap jalur lalu lintas yang terdiri dari beban garis “P” ton per jalur lalu lintas (P = 12 ton) dan beban terbagi rata “q” ton per meter panjang per jalur sebagai berikut:
q = 2,2 t/m untuk L < 30 m.
q = 2,2 t/m – {(1,1/60) x (L – 30)} t/m untuk 30 m < L < 60 m.
q = 1,1{1 + (30/L)} untuk L > 60 m.
Ketentuan penggunaan beban “D” dalam arah melintang jembatan sebagai berikut:
§ Untuk jembatan dengan lebar lantai kendaraan < 5,50 m, beban “D” sepenuhnya (100%) harus dibebankan pada seluruh jembatan.
§ Untuk jembatan dengan lebar lantai kendaraan > 5,50 m, beban “D” sepenuhnya (100%) dibebankan pada lebar jalur 5,50 m sedangkan lebar selebihnya dibebani hanya separuh beban “D” (50%).
contoh beban hidup pada jembatan: beban kendaraan yang melintas, beban orang berjalan dll.
3. Beban Kejut
Menurut Anonim (1987:10) beban kejut diperhitungkan pengaruh getaran-getaran dari pengaruh dinamis lainnya., tegangan-tegangan akibat beban garis (P) harus dikalikan dengan koefisien kejut. Sedangkan beban terbagi rata (q) dan beban terpusat (T) tidak dikalikan dengan koefisien kejut. Besarnya koefisien kejut ditentukan dengan rumus:
k = 1 + ((20 / (50+L))

Sedangkan Beban Sekunder terdiri dari beban angin,gaya rem, dan gaya akibat perbedaan suhu.

1. Beban Angin
Pengaruh tekanan angin bekerja dalam arah horizontal sebesar 100 kg/cm2. Dalam memperhitungkan jumlah luas bagian jembatan pada setiap sisi digunakan jumlah luas bagian jembata pada setiap sisi digunakan ketentuan sebagai berikut:
  • Untuk jmbatan berdinding penuh diambil sebesar 100% terhadap luas sisi jembatan
  • Untuk jembatan rangka diambil sebesar 30% terhadap luas sisi jembatan.
2. Beban Gaya Rem
Gaya ini bekerja dalam arah memanjang jembatan, akibat gaya rem dan traksi ditinjau untuk kedua jurusan lalu lintas. pengaruh ini diperhitungkan senilai dengan pengaruh gaya rem sebesar 5% dari muatan D tanpa koefisien kejut yang memenuhi semua jalur lalu lintas yang ada dalam satu jurusan.
3. Gaya Akibat Perbedaan Suhu
Perbedaan suhu harus ditetapkan sesuai dengan keadaan setempat. Diasumsikan untuk baja sebesar C dan beton 10. Peninjauan khusus terhadap timbulnya tegangan-tegangan akibat perbedaan suhu yang ada antara bagian-bagian jembatan dengan bahan yang berbeda.
4. Beban Gempa
untuk pembangunan jembatan pada daerah yang dipengaruhi oleh gempa, maka beban gempa juga diperhitungkan dalam perencanaan struktur jembatan
5. Beban angin
beban angin dihitung pada daerah konstruksi jembatan yang harus menahan beban angin.

Metode Pelaksanaan Pekerjaan Cor Nad Keramik

Sebelumnya kita siapkan alat-alat yang akan digunakan untuk melaksanakan pekerjaan cor nad keramik antara lain:
  1. Kain lap basah / spon atau busa basah untuk membersihkan permukaan keramik yang akan di cor nad
  2. busa / spon keras juga perlu kita siapkan.
  3. sikat kawat
  4. cetakan nad keramik seperti kawat, paku dan benda-benda lainya yang dapat membuat lebar nad keramik seragam, lurus dan rapi.
  5. skrap
  6. ember dan gayung
  7. sapu

Pelaksanaan Cara cor nad keramik
  1. Pastikan lahan kermaik yang akan di cor nad keramik sudah berumur 3 sampai dengan 4 hari dan penyesuaian lahan keramik yang akan dikerjakan menyesuaikan kapasitas produksi tukang bangunan dan tenaga kerja per hari.
  2. bersihkan nad keramik dengan sikat kawat sampai dengan kedalaman yang diperlukan, sehingga benar-benar bersih dan siap untuk di cor nad keramik.
  3. sapu nad keramik yang sudah disikat sebelumnya.
  4. siram lobang nad keramik yang sudah dibersihkan, siram dengan air kemudian diamkan sampai beberapa menit.
  5. Tuang adonan semen acian pada alur nad lubang keramik dengan pembagian luaasan keramik setiap 3 m x 3 m
  6. mengarahkan atau mengalirkan adukan ke nad keramik
  7. tekan adonan acian yang sudah setengah kering agar benar-benar mengisi setiap lobang nad keramik.
  8. bersihkan sisa-sisa cor nad keramik pada permukaan keramik dengan spon/kain lap basah.
  9. ratakan alur nad keramik dengan cara menekan cor nad dengan spon / kain kering keras.
  10. cekungkan cor nad keramik tersebut dengan cetakan nad keramik yang sudah dibuat sebelumnya bisa dari kawat yang di lengkungkan atau paku beton.
  11. merapikan pinggir keramik dengan skrap dari kotoran nad keramik yang masih menempel.
  12. setelah selesai maka kita bersihkan semua permukaan keramik yang telah di cor nad dengan sapu pembersih ruangan
Begitulah kurang lebih urutan cara cor nad keramik yang baik, silahkan berinovasi dengan menggunakan cara-cara lainya agar didapatkan hasil cor nad keramik yang lebih bagus, berisi, rapi dan enak dipandang

Senin, 07 Mei 2012

Metode Pemasangan Keramik


Metode
Pekerjaan pemasangan keramik dilaksanakan untuk memberikan keindahan pada lantai, dinding maupun struktur gedung lainya. Pekerjaan keramik membutuhkan metode kerja yang tepat serta pelaksanaan yang teliti sehingga dapat di hasilkan pekerjaan dengan kualitas yang baik.

Metode kerja pemasangan keramik adalah sebagai berikut:
  1. Pada saat membeli keramik dari suplier atau toko material sebelumnya dipisahkan dahulu keramik yang sewarna, karena meskipun dengan type keramik yang sama, jika waktu pembakaranya berbeda akan menyebabkan perbedaan warna, hal ini akan mempengaruhi hasil keindahan pasangan keramik.
  2. Keramik mempunyai ukuran kualitas yang biasa disimbolkan dengan KW 1, KW2, KW3. KW 1 adalah keramik dengan kualitas terbaik disusul dengan KW2 kemudian KW3.
  3. Untuk keramik jenis tertentu sebaiknya direndam dahulu sampai basah jenuh, sehingga dalam proses pemasangan nantinya tidak menyerap air semen.
  4. Menyelesaikan pekerjaan pipa yang akan ditanam didalam keramik, agar nantinya tidak terjadi bongkar pasang.
  5. Mengukur ruangan yang akan dipasang keramik
  6. Membuat gambar kerja pemasangan keramik berdasarkan hasil pengukuran sehingga dapat di tentukan lebar rencana potongan las-lasan pada pinggir ruangan ( untuk hasil yang indah maka lebar las- lasan tidak boleh melebihi ½ lebar keramik utuh).
  7. Membuat garis bantu kedataran dan ketegakan dengan benang ukur.
  8. Membuat kepalaan keramik berdasarkan ukuran gambar kerja yang sudah dibuat.
  9. Memasang keramik.
  10. Memasang nut keramik.
metode kerja pemasangan keramik tersebut hanya salah satu cara pemasangan keramik, yang tentunya banyak cara – cara lain yang lebih baik.

Syarat pekerjaan keramik yang baik diantaranya adalah:
  • Pasangan keramik tidak bergelombang
  • Letak aksesoris sanitair, seperti kran , wastafel berada pada tengah nut keramik
  • Lebar las-lasan atau potongan keramik pada daerah pinggir maksimal adalah ½ lebar badan keramik utuh.
  • jarak nut keramik sama, lurus , dan sejajar
  • Spesi keramik terisi penuh, untuk mengujinya dapat dengan ketukan, pada keramik dengan spesi kosong akan berbunyi nyaring.
  • nut keramik dinding menyambung dengan nut keramik lantai
  • Perempatan nut keramik rapi

Demikian gambaran tentang metode kerja pemasangan keramik ini semoga berguna